Karya ditulis oleh : Aditya Pratama Silalahi
Hari ini aku akan pergi jauh dari kedua orang tuaku atau bisa di bilang merantau ke kota orang. Aku merasa keadaanku sekarang penuh rasa cemas dan sedih, aku takut dan di penuhi tanda tanya bagaimana caraku untuk melewati masa masa SMA tanpa di temani orang tua secara utuh apalagi aku merupakan anak bungsu perempuan yang paling dimanja oleh kedua orang tuaku dan satu kakak laki-lakiku.
Tapi ini semua adalah keputusanku yang sebenarnya gak sepenuhnya keputusanku. Awalnya, aku ingin masuk sekolah kedinasan, tetapi karna tidak lolos secara fisik, akhirnya kedua orang tuaku yang sudah terlanjur memamerkan ke tetangga kalau aku akan sekolah kedinasan memutuskan mencoba jalur lain dengan memasukanku ke sekolah yang cukup terkenal di ibukota provinsi ku. Awalnya aku menolak tapi setelah ku pikir-pikir aku juga harus punya rasa malu kalau masih mau sekolah di kotaku ini.
Aku akhirnya berangkat ke kota medan ibu kota provinsi Sumatera Utara dimana kota itu penuh dengan tempat yang tidak pernah kulihat di kotaku “Wajar lah anak kampung main ke kota besar” gumamku dalam hati agar tidak nampak kampungannya. Kami menempuh waktu cukup lama dari kota kami ke kota tujuan kami karena tidak melewati jalan tol, supaya kami masih memiliki waktu untuk bermain sebentar sebelum kedua orang tua ku melepaskan kepergian anak tersayangnya di kota orang. Akhinya kami pun tiba di kos tempat aku akan tinggal selama 3 tahun masa SMA ku di kota ini.
Ternyata kos ini punya salah seorang guru di tempat aku bersekolah. Perpisahan aku dengan keluargaku sebenarnya tidak terlalu sedih sebab kami sudah nangis-nangis pada saat di rumah kemarin malam saat tengah membereskan keperluan ku besok saat berangkat.
Saat keluargaku kembali pulang ke rumah, aku pun kembali ke kamar untuk membereskan beberapa pakaian dan tempat tidurku yang masih cukup berantakan. Saat sedang membereskan pakaianku, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke kamarku ternyata dia teman satu kamarku dia memiliki wajah yang cantik dan kulit putih yang membuatnya semakin terlihat cantik. Aku menyapanya dengan malu-malu sebab aku aslinya anak yang cukup pemalu, Dia menyapaku dengan penuh kehangatan dan bertanya kepadaku.
“Hai, siapa namamu, asalmu dari mana?” ucap dia dengan ramah.
“Namaku Aruna Cahaya Kencana, asal ku kota perdamasan, kalau kamu namanya siapa?” tanyaku dengan lembut sambil malu-malu.
“Oh, nama yang bagus ya, kalau namaku Lestari Gahyaka Sosrokartono, asal ku dari Yogyakarta,” jawabnya dengan nada yang lembut dan bersahabat.
“Namamu cantik ya, apa kamu seorang keluarga bangsawan Yogyakarta?” jawabku penuh hati-hati, takut jika Lestari tersinggung.
“Hehehe, iya kok kamu tau sih, apa karna nama belakangku ya?” jawabnya sambil tertawa.
“Oh.., keren banget wajar aku tau karna aku suka banget sama Sejarah terutama kalau bahas soal masa-masa kerajaan,” jawabku penuh antusias.
Disitulah awal mula cerita pertemanan mereka di mulai di kota ini. Keesokan paginya Lestari bangun lebih awal karena sudah terbiasa bangun pagi dari didikan keluarganya. Lestari membangunkan Aruna dengan pelan agar dia tidak terkejut. Setelah mandi, sarapan, dan berskincare , kami pergi menuju sekolah dengan berjalan kaki karena jarak kos dan sekolah kami tidak terlalu jauh. Sesampainya kami di depan gerbang sekolah kami di sambut oleh banner panjang bertuliskan “Selamat datang siswa/siswi baru SMA Swasta Cahaya Mandiri 01 Medan”.
Kami masuk kedalam dengan penuh semangat dan antusias, banyak siswa dan siswi sekolah ini yang berasal dari kota medan di antar oleh orang tuanya menggunakan mobil.
“Ternyata ini sekolah orang kaya ya, Les,” candaku kepada Lestari yang sedang melihat sekitar.
“Iyakan, aku pun agak tekejut soalnya dulu waktu aku di yogya kawan-kawanku pada naik angkutan umum kalau berangkat sekolah,” jawab Lestari sambil masih melihat sekitarannya.
Kami sampai di lapangan sekolah tepat waktu sebelum upacara bendera di mulai pukul 07.15 wib, kami berdua melihat sekitar yang ternyata banyak sekali murid baru di sekolah ini. Tiba-tiba tanpa ku sadari datang dari arah berlawanan berlari seorang siswa baru laki-laki menabrak ku sampai jatuh, badannya menimpa badanku tanpa sengaja. Membuatku sangat terkejut dan syok.
“Aduhhh!!,” teriakku sambil berusaha bangkit sembari di bantu berdiri oleh Lestari.
“Kamu gk papa-papakan Aruna?” tanya Lestari panik.
“Gk papa cuman agak sakit di bagian punggung,” ucapku sambil menahan rasa nyeri di punggung.
“Eh kalau jalan liat-liat dong, butakah sampe orang didepannya ngga kelihatan,” ucap Lestari marah kepada laki-laki itu yang masih terduduk.
“Maaf ya aku ngga sengaja tadi buru-buru mau ke toilet, sekali lagi maaf,” ucap dia sambil memasang muka memelas.
Dia lari ke arah toilet meninggalkan ku yang masih agak kesakitan bersama Lestari. Akhirnya aku harus pergi ke ruang uks karna cederaku cukup parah di bagian punggung dan harus melewatkan sesi upacara bendera juga harus melewatkan MPLS di hari pertama, disekolah ini kami MPLS cuman 2 hari saja karena 4 hari berikutnya di habiskan di kelas bersama wali kelas dan teman-teman agar lebih akrab dan kompak kedepannya. Aku full berada di ruang uks karena guru penanggung jawab tidak mengizinkan ku keluar karena di takutkan akan terjadi hal yang tidak di inginkan lagi, pada akhirnya aku pulang sekolah bersama Lestari tanpa mengikuti MPLS hari pertama.
Saat sampai di kos dan membersihkan diri aku mencoba mengusuk punggungku dengan minyak yang di bawa olehku dari kotaku, Lestari yang melihatku mengusuk langsung menawarkan diri untuk membantu dan aku mengiyakan.
“Siapa sih yang nabrak aku tadi Les?” tanyaku dengan kesal kepada Lestari.
“Ngga tau Ar, pas aku cari orangnya ngga ketemu, mungkin karna terlalu ramai tadi,” jawab Lestari dengan nada lembut kepadaku.
“Besok ku cari orangnya sampai ketemu! Awas aja,” jawabku penuh amarah sambil mengepalkan tangan.
Lestari hanya tertawa kecil melihatku yang penuh amarah dan dendam seakan siap-siap menerkam lawannya. Esok harinya seperti kemarin kami bangun dan bersiap-siap untuk berangkat kesekolah punggungku pun sudah lebih mendingan dari kemarin karena di kusuk oleh Lestari.
Aku berterima kasih kepada Lestari saat menuju ke sekolah, saat sampai di gerbang sekolah seperti biasa banyak mobil yang masuk kedalam ternyata sekolah ini memang rata-rata di penuhi anak orang kaya yang ada di kota ini. Saat mendekati Gedung masuk sekolah mata kami melihat salah satu mobil yang cukup keren dan menarik perhatian mobil itu berjenis…
“ROLLS ROYCE!!!” teriak Lestari sambil menutup mulut karena ternganga melihat mobil yang biasa di pakai oleh konglemerat atau miliader pada umumnya.
“Ha, seriuss bukanya mobil itu mahal kali,ya???” bahkan di Indonesia jarang ada orang yang mau atau bahkan mampu membelinya,” ucapku bingung dan terkejut.
Dari dalam mobil keluar seorang pria berbadan gagah berpakaian formal dengan jas hitam dari pintu supir, bergerak ke kursi penumpang tengah untuk membuka pintu tersebut.
Semua mata tertuju ke arah pintu yang akan di buka (sebenarnya cuman mau lihat mobil mahalnya), keluar seorang siswa baru laki-laki yang tinggi tapi tidak terlalu kurus cukup berisi memakai kacamata berwarna putih, disini membedakan siswa baru cukup lihat apakah dia memakai jas sekolah apa tidak sebab siswa baru belum diberikan jas sekolah.
“HA!!, BUKANYA ITU DIA??” teriak kecilku kepada anak laki-laki didepanku sambil menunjuknya.
“Eh iya juga ya, itu kan cowok yang nabrak kau kemarin, Ar,” jawab Lestari meyakinkan.
“IHH, awas aja dia nanti,” gumamku sambil mengepalkan tangan.
MPLS hari ini ternyata cukup susah kami harus melalui dengan tes Bahasa inggris agar di letakkan di kelas yang sesuai, aku takut kalau harus berpisah dengan Lestari karna aku tau anak-anak yang masih cukup akrab dengan keluarga ngarsa dalem/kesultanan Yogyakarta biasanya di bekali Bahasa inggris sedari kecil. Aku melalui hari ini dengan rasa lelah karena tes tersebut sampai-sampai lupa tujuan awalku kesekolah hari yaitu mendatangi laki-laki yang menabraknya kemarin. Bel pulang di bunyikan pukul 02.45 aku pulang bersama Lestari dengan rasa lelah karena berusaha belajar Bahasa inggris di sela-sela tes.
Singkat cerita keesokan harinya pembagian kelas pun di umumkan di lapangan sekolah, semua siswa baru di kumpulkan di lapangan dan di bagi sesuai kelasnya dan finally aku sekelas dengan Lestari dan itu sangat membuat aku bahagia usahaku belajar keras kemarin membuahkan hasil yang baik. Kami pun di arahkan bersama wali kelas menuju kelas yang akan kami tempati, wali kelas kami seorang Wanita yang umurnya sekitar 50 tahunan kelihatan baik dan lemah lembut orangnya. Sampai akhirnya kami pun duduk di bangku masing-masing setelah di arahkan oleh wali kelas kami. Setelah itu masing-masing siswa maju kedepan kelas untuk memperkenalkan diri, sampailah di mana aku maju kedepan kelas untuk perkenalan tiba-tiba saja dari luar ada yang mengetuk pintu dan membukanya,TERNYATA…
“Maaf bu, semuanya maaf terlambat masuk tadi saya ke kamar mandi kebelet buang air besar,” ucap laki-laki itu.
Itu dia orang yang menabrak aku dua hari yang lalu ternyata kami sekelas “ARGHHH” teriak Aruna dalam hati kesal karena harus sekelas sama orang yang membuat dia terluka.
“Oh yaudah silahkan duduk ya nak siap ini giliran kamu yang memperkenalkan diri,” ucap wali kelas kami dengan lemah lembut.
“Baik terimaksih banyak ya bu,” jawab laki-laki itu.
Aku pun lanjut memperkenalkan diri kepada semua siswa dengan rasa kesal.
“Hallo semuanya salam kenal nama saya Aruna Cahaya Kencana,” ucapku sambil terpaksa tersenyum di hadapan semua orang.
Setelah perkenalanku wali kelasku mengarahkan anak laki-laki itu untuk maju memperkenalkan diri ke hadapan teman-teman.
“Hai semuanya perkenalkan nama aku Raihan Aulia Adiwangsa,” ucap Raihan dengan semangat sambil melambaikan tangan.
Setelah Aruna perhatikan dengan detail Raihan memiliki kulit putih bersih bak bule dengan wajah seperti kecinaan dan kacamatanya putihnya juga tubuh tinggi gagah dan berisi tapi tidak kegemukan, memakai jam tangan bermerk dan Sepatu…
“Astaga jam tangan Rolex dan Sepatu louis Vuitton!! Gila anak konglemerat cok!!” gumam Aruna pelan.
Keesokan harinya wali kelas membentuk kelompok agar lebih akrab. Aku ternyata sekelompok dengan Raihan dan Lestari aku sedikit syok ternyata sekelompok dengan dia. Hatiku berdetak sangat kencang dan wajahku memerah saat berada di dekat Raihan, aku panik ketika dia memanggilku untuk meminta maaf lagi teringat kejadian lalu, padahal aku sudah tidak ingin membahasnya teringat rasa di tangan ini pernah memegang tubuhny yang tinggi.
Dari hari kehari minggu keminggu bulan ke bulan Aruna semakin memiliki rasa ke Raihan dan tidak pernah mengungkapkanya bahkan memberi tahu orang sekitarnya bahkan Lestari sendiri. Sebab ia terlalu malu.
Hubungan Aruna dan Raihan pun cukup akrab karena Raihan sering meminta tolong tugas nya kepada Aruna karena Aruna sendiri adalah anak yang pintar dan berprestasi di sekolah. Pada saat ulang tahun Raihan dia berfikir untuk menyatakan cintanya kepada Raihan.
Tibalah saat hari itu Raihan berulang tahun ke 16 tahun dia mengundang seluruh teman angkatanya di hotel berbintang yang sangat mahal di kota itu, Aruna dan Lestari juga turut di undang ke acara tersebut.
Aruna mempersiapkan semuanya termasuk buket bunga yang sangat cantik untuk Raihan, saat sedang Bersiap-siap di kamar kosnya tiba-tiba Aruna tersadar melihat Lestari yang sangat cantik memakai gaun yang mahal dan dia bertanya.
“Gaun dari mana itu kok baru keliatan?” tanya Aruna heran.
“Oh dari Raihan, cantik kan? Diem diem aja ya rahasia kita berdua kalau aku udah pacaran sama Raihan selama sebulan nih,” jawab Lestari penuh rasa Bahagia.
Disitulah Aruna terkejut syok dan merasa sangat terpukul yang pada akhirnya membuat Aruna tidak ingin ikut pergi dengan alasan sakit perut parah yang membuatnya menitipkan semua hadiah yang sudah di siapkan untuk Raihan kepada Lestari. Aruna seharusnya sadar diri kalau dia bukanlah tipe Raihan bahwa semua yang dia perbuat hanya kesia-siaan semata dan kebutaan akan cinta.
Malam itu adalah malam yang sangat berat buat Aruna, dia melewatkan malam yang menurutnya sangat Panjang dengan terus menerus menangis yang membuat matanya sampai bengkak dan merah. hubungannya dengan Lestari pun mulai merenggang dan membuat sifat Aruna yang awalnya seorang anak ramah dan baik menjadi anak pendiam dan sedikit kasar, Aruna pun mulai menjauh dari Raihan dengan cara yang sedikit kasar, Lestari pun tak luput dari tingkah kasar Aruna yang membuat Lestari heran akan tingkah laku sahabatnya itu, bahkan saat berada dikos pun Aruna masih bertingkah kasar kepada Lestari.
Pada suatu hari saat Tingkat kesabaran Aruna sudah mencapai batasnya karena terus di desak oleh Lestari Aruna tanpa sadar membentak Lestari dengan kuat dan disitulah hubungan mereka benar-benar retak hingga mereka lulus dari SMA.(*)