Dompu — NTB, Kasus teror panah yang akhir – akhir ini membuat masyarakat resah belum juga bisa diputuskan rantainya. Kasus ini murni kejahatan kamanusiaan yang menganggu stabilitas daerah dan desa berujung terjadi instabalitas pada daerah, Minggu, 17/4/22.
Syarifudin, M. Pd, Alumni Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Mataram (UNRAM), yang biasa disapah dengan nama Syarif sebagai penulis, menjelaskan, masyarakat sangat resah terhadap kasus pemanah yang diperankan oleh generasi muda, ironisnya pelakunya rata – rata masih dibawah umur. Kasus ini bukan hanya disatu desa saja melainkan merambat di pelbagai pelosok desa di Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Penangkapan terhadap pelaku membuktikan bahwa pihak kepolisian benar – benar serius untuk memotong rantai kejahatan sosial ini”.
Alhasi, rupanya penangkapan terhadap terduga pelaku tersebut belum juga hilang kasus ini. Semakin di tangkap semakin berulah para pelaku yang lainnya. “Entah teror panah ini ada yang menungganginya ataukah ada otak yang sengaja menghipnotis para remaja untuk berbuat dengan hal yang demikian?”.
Konflik sosial antar kampung bukan dilatar belakangi oleh budaya, RAS dan agama pada akhir – akhir ini akan tetapi, konflik antar kampung di Bima, Kota Bima dan Dompu diduga dipicu oleh kasus panah misterius dan ulah para sekelompok anak muda yang masih berstatus pelajar.
Penulis mengambil salah satu sampel kasus pelemparan yang berujung pada perang antar Kampung di desa Roka dan Roi Kecamatan Woha Kabupaten Bima karena ulah anak muda yang statusnya masih dibawah umur. “Ini membuktikan bahwa konflik sosial ditengah kehidupan sosial kemasyarakatan murni kenakalan remaja dan konflik sosial bukan dilatar belakangi oleh faktor Budaya dan Agama”.
Problem ini perlu dikonsepkan secara strategis dan matang agar terbongkar apa faktor yang melatar belakangi panah ini sebanar nya ?.
Secara sosiologisnya, kasus panah ini merupakan kenalan remaja ataukah ada faktor yang lain sehingga generasi muda sampai berani melakukan hal tersebut.
Kasus ini perlu diatensi khusus oleh beberapa pihak. “Artinya bantu pihak kepolisian untuk memotong rantai dan akar subtansi masalahnya agar masyarakat bisa menjalakan ibadah puasa dengan baik pada bulan suci Ramadhan”.
Pihak kepolisian butuh sinergitas dengan semua stakholder, baik dari Gubernur, Bupati, pemerintah desa, masyarakat, mahasiswa, LSM dan aktivis.
Pemerintah desa memilik peran penting dalam mengontrol warganya dan bahkan anak muda yang sering bergadang sampai larut malam harus dibatasi.
Akar masalahnya adalah, kurangnya kontrol sosial terhadap kedua orang tua terhadap anak – anak mereka. Peran kedua orang tua dalam sosiologis kekeluargaan sangat penting untuk menekan kejahatan sosial. Jika edukasi secara sosialogis keluarga tersebut benar – benar diterapkan dalam keluarganya maka desa tersebut akan hidup dengan damai dan generasi muda akan tumbuh dengan baik.
Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah darurat Kasus Narkoba. “Problem ini mesti kita waspadai bersama karena muncul kejahatan sosial ditengah kehidupan sosial kemasyarakatan karena penyalahgunaan narkoba”.
Kasus narkoba jangan dianggap remeh, jika orang sudah mengenal narkoba apa lagi anak – anak muda dampaknya sangat besar. Yang tidak biasa mencuri akan mencuri, yang tidak biasa membunuh akan membunuh, yang tidak biasa berkelahi akan berkelahi, bahkan yang tidak biasa melakukan panah akan melakukan hal demikian karena pengaruh obat tersebut sangat besar.
Narkoba merupakan musuh paling bahaya yang merusak masa depan para generasi muda. “Ada dugaan, misteri kasus panah ditengah sosial kehidupan kemasyarakatan bisa jadi terpengaruh oleh penyalahgunaan narkoba atau mungkin ada motif yang lain sehingga teror panah mistrius ini terus berkembang subur di daerah Nusa Tenggara Barat ini (NTB)”.
Pemerintah semestinya tidak menutup mata terhadap problem tersebut karena kasus panah ini murni kejahatan sosial yang sangat besar dampaknya. “Jika dibiarkan maka perang antar kampung akan terjadi dipelbagi desa”.
Pemerintah harus membantu pihak kepolisian untuk mencarikan solusi terhadap kasus ini. Jangan menunggu perang kampung baru punya inisiatif.
Konflik antar kampung akhir – akhir ini disebabkan ulah generasi muda, problem sosial ini mesti dijadikan referensi bahwa daerah dalam keadaan tidak baik – baik saja.
“Ironisnya, semenjak kasus teror panah misterius ini belum ada satupun pemerintah yang bersuara untuk mencarikan titik terang dan solusi agar kasus ini bisa di atasi secepat mungkin. Gubernur sering Kunker di Bima, Bupati, Wali Kota dan bahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bungkam atas atas problem yang dihadapi oleh masyarakat sekarang”.
Uluran tangan pemerintah dalam mencarikan solusi sangat besar pengaruhnya karena mereka memiliki power dan kebijakan dalam mengambil sikap yang strategis. Saya berharap kepada masyarakat harus memberikan kritikan yang membangun kepada pemerintah, baik itu Gubernur NTB, Bupati, Wali Kota dan DPR agar tidak diam seperti orang bisuh atas persoalan yang kita hadapi bersama. Mereka harus tunjukkan taringnya, karena ini merupakan tugas dan tanggungjawabnya kepada daerah agar masyarakat bisa hidup dengan aman dan damai.
Jangan menunggu tahun pemilu 2024 baru membicarakan konsep dan visi misi saya akan seperti ini untuk membangun daerah dan desa namun fakta nya sekarang nongol diberandal media sosialpun tidak ada. Sinergitas semua pihak perlu dilakukan, bantu pihak TNI – Polri untuk mengungkap kasus kejahatan pemanah ini agar bisa mengetahui apa motif yang melatar belakangi sehingga kasus panah ini ada di pelbagai desa.
NTB Gemilang Darurat Narkoba.
Bima RAMAH Darurat Narkoba.
Dompu Yang Mahsur Darurat Narkoba.
Kota Bimapun Darurat Narkoba.
“Pemerintah hilang akal sehat dan moralitasnya untuk membangun daerah. Apakah harus menunggu tahun pemilu 2024 baru pencitraan dimana – mana”.
Kita bayangkan nama yang begitu indah dan mudah diingat seperti, NTB Gemilang, Bima Ramah, Kota Bima Maha Labo Dahu dan Dompu yang Mashur hanya selogam Pamflet iklan penguasaha.
“Kualitas pendidikan kita di NTB sangat memprihatikan. NTB rangking 33 dari 34 Provinsi (sumber: RadaLombok.co.id). Artinya pendidikan di NTB mengalami keterpurkan sehingga berdampak dalam memperhambat kemajuan suatu daerah”.
Yang menarik dibalik kasus teror panah misterius ini adalah apakah ada keterkaitan dengan kualitas pendidkan di NTB. Saya sebagai penulis menggangap ada keterkaitan karena pendidikan adalah unjuk tombak kemajuan pada suatu negara dan daerah.
Kasus ini disebabkan ketidak ada keseriusan dari kedua orang tua siswa untuk mengontrol anak – anak mereka. Apakah anaknya benar – benar pergi sekolah atau hanya berpakaian seragam saja.
Seharusnya pemerintah segera mengambil sikap untuk mencarikan solusinya agar kasus ini tidak tumbuh subur di tengah lingkungan sosial masyarakat.
Penulis : Syarifudin, M. Pd.
Alumni Mahasiswa Pascasarjana Universitas Mataram (UNRAM).