Wakil Ketua Umum MUI, KH. Muhyiddin Junaidi, mengatakan MUI hingga saat ini mengambil sikap mendukung Palestina. Meski ia mengakui, permasalahan yang ada saat ini semakin kompleks mengingat banyaknya negera-negara Arab yang tertarik melakukan normalisasi dengan Israel.
Jakarta, – Isu Palestina hingga saat ini masih terus menjadi isu sentral perdamaian dunia. Bagaimana tidak? Pemerintah Israel terus menerus memberlakukan blokade dan diskriminatif terhadap hak asasi warga Palestina, membatasi pergerakan orang dan barang masuk dan keluar dari Jalur Gaza, serta memfasilitasi pemindahan warga Israel ke pemukiman di Tepi Barat yang diduduki secara tidak sah.
Nusantara Palestina Center (NPC) menggelar rapat terbatas dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkhusus Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional secara online via Zoom, Rabu (4/11/2020) pagi.
Pertemuan tersebut membahas kondisi terkini Palestina dari sisi kemanusiaan.
Wakil Ketua Umum MUI, KH. Muhyiddin Junaidi, mengatakan MUI hingga saat ini mengambil sikap mendukung Palestina. Meski ia mengakui, permasalahan yang ada saat ini semakin kompleks mengingat banyaknya negera-negara Arab yang tertarik melakukan normalisasi dengan Israel.
“MUI mendukung perjuangan Palestina, meski saat ini masalahnya semakin kompleks karena banyaknya negara-negara di Timur Tengah yang tertarik untuk normalisasi dengan Israel,” kata KH. Muhyiddin.
Wakil Ketua Umum MUI itu menyatakan juga bahwa Indonesia tetap bersama Palestina dan tidak mudah dirayu untuk membuka hubungan diplomasi dengan Israel. Mensinyalir siasat Amerika untuk mendekati negara-negara Muslim agarmembuka hubungan diplomasi dengan Israel sangat kentara. Kedati pembangunan perdamaian itu penting untuk stabilitas di Asia Barat, namun hal itu harus dibangun di atas dasar keadilan, bukan pengkhianatan. Perdamaian saat ini secara praktis diproyeksikan sebagai entitas yang tidak sesuai dengan konsep keadilan.
“Indonesia tetap bersama Palestina dan tidak mudah dirayu untuk membuka hubungan diplomasi dengan Israel,” tegasnya.
Ia memedomani bahwai misi kemanusiaan di Palestina harus berimbang dan merata. Bantuan yang dikirim ke Palestina, menurutnya harus seimbang antara Gaza dan Tepi Barat. KH. Muhyiddin Junaidi menceritakan pihaknya saat ini sedang memprakarsai pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Palestina tepatnya di kota Hebron, wilayah Yudea selatan di Tepi Barat.
Ulama senior jebolan Universitas Islam Libya dan Universitas South Pacific Fiji itu berharap MUI dan NPC dapat bekerja sama dalam meningkatkan bantuan kemanusiaan di Pelestina secara berimbang dan merata.
“Kita bisa bekerja sama dan lebih sinergi, bagaimana bantuan ke Palestina lebih ditingkatkan, dan bantuan itu harus diseimbangkan, antara Gaza dan Tepi Barat,” tandasnya.
Sementara Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina NPC, Abdillah Onim, mengungkapkan perasaan syukurnya karena dapat bertembung dengan ulama dan pengiat MUI meski melalui online. Ia menyatakan, pihaknya dan berbagai elemen masyarakat non-pemerintah yang fokus pada isu humanity berada dalam kondisi sulit untuk memberikan edukasi soal krisis kemanusiaan di Palestina.
“Bersyukur hari ini pada bersua dengan MUI. Kita saat ini berada di situasi yang tidak mudah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat,” kata Bang Onim panggilan familier Abdillah Onim.
Aktivis senior untuk kemanusiaan di Palestina asal Halmahera Utara itu menegaskan dirinya berada di Gaza saat ini murni untuk kepentingan kemanusiaan dan terbebas dari biar-biar serta aktivitas politik. Ia menjelaskan alasannya berjuang untuk Palestina, di antaranya alasan hutang budi kepada bangsa Palestina karena dalam kemerdekaan Indonesia ada saham Palestina di sana, alasan kemanusiaan, akidah dan amanat konstitusi Republik Indonesia.
Oleh sebab itu, NPC terus berkomitmen memberikan kemanfaatan pada misi-misi kemanusiaan dan perdamaian dunia sebagai perwujudan dari amanat Pembukaan Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 alinea ke-4, yakni mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Saya murni di sini menjalankan misi kemanusiaan atas nama Indonesia, tak hanya soal kemanusiaan, tapi ini juga bagian dari akidah, hutang budi kita dan amanat konstitusi,” tegas Abdillah.
Di sesi akhir pemaparan tentang sejarah dan kiprah NPC sejak berdirinya, Direktur Pelaksana NPC, Ihsan Zainuddin, memaparkan bahwa NPC hadir di tengah-tengah publik dengan warna yang berbeda. NPC ingin membangun kelembagaan berbasis pada kemitraan dan riset. Hal itu sebagai pengejawentahan prinsip al ta’āwun dalam agama serta agar pengiriman bantuan ke Palestina tepat sasaran.
“Kami ingin tampil beda dengan yang lain, membangun lembaga yang berbasis kerja sama dan kemitraan sekaligus riset,” paparnya.
Ihsan mengutarakan niatnya untuk melakukan kunjungan ke kantor MUI dan menyerahkan buku yang berjudul “Peran Ulama dan Lembaga Keagamaan Dalam Pandemi Covid-19.” Buku ini adalah buku yang diterbitkan NPC dan merupakan 20 karya terbaik anak-anak bangsa yang belajar di kawasan Timur Tengah.
Pertemuan terbatas ini dihadiri oleh 18 orang. Di antaranya dari MUI ada KH. Muhyiddin Junaidi, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A., Hj. Machsanah Asnawi, Nadjematul Faizah Hosen, Achmad Sudrajat, Jayadi Hasan, Akbar Kurniawan, Hasanuddin dan Malhan Affandi. Sementara itu dari NPC ada Abdillah Onim, A. Halim Syakur, Ihsan Zainuddin, Andi Ridwan, Masri Udin, Gozin Fauzi, Muh. Thoriq Aziz, Syarif Husain, Dewi Yuniati dan Febriyanti.(*)