foto ; dr. Bernard Tindaon dan Tim pada saat kungjungi Pasien ODGJ
Simalungun – Puskesmas Bandar Masilam telah banyak melakukan berbagai gebrakan terkait permasalahan pelayanan dan kualitas kesehatan, yang bertujuan agar kehadiran Puskesmas dalam rangka mendukung program-program kesehatan dari Pemerintah dalam memberikan pelayanan dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
Merujuk pada Undang-Undang No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif juga terus dilakukan. Keempat upaya tersebut harus memerhatikan 4 aspek yaitu fisik, mental, sosial dan spiritual guna mencapai individu sehat jiwa.
Pada kegiatan awal Puskesmas Bandar Masilam yang dibagi menjadi beberapa Tim, untuk melakukan pendataan dan monitoring Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) disekitaran wilayah tugasnya.
Monitoring atas kasus Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) dilakukan demi mendukung program kesehatan jiwa. Kepala Puskesmas Bandar Masilam dr. Bernad Tindaon sudah membentuk dan menurunkan beberapa Timnya untuk melakukan monitoring terhadap Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) diwilayah tugasnya. Berikut nama-nama tim yang turun dalam monitor/pendataan ODGJ yaitu ;
– dr.Sri Mardiani. MKm
-Sri Rosmayani (bid. promosi kesehatan)
-Dwi Pertiwi ( bid.farmasi )
– Lenny Turnip ( bidan desa )
Tim yang dibentuk langsung melakukan pendataan monitoring Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) kedesa-desa terhitung mulai tanggal 16/06/2022, yang melibatkan Forkopimca dan warga sekitar.
Salah satu kasus yang berhasil ditemukan dilapangan bernama Dedek Kurniawan Damanik,umur 30 thn warga desa Bandar Masilam II.
Kepada awak media Ketua Tim dr. Sri Mardiani MKm menjelaskan telah melakukan home visit dan sosialiasi kepada masyarakat dan menemukan salah satu pasien bernama Dedek.
” Ada temuan kasus kita dilapangan, bang. Pasien bernama Dedek Kurniawan Damanik, umur 30 thn warga desa Bandar Masilam II yg saat pertama sekali kami kunjungi, kondisi sangat memperihatinkan. Dedek memiliki masalah dalam kejiwaannya yg sangat mempengaruhi pola berpikir, berprilaku serta tingkat emosinya dalam kehidupan sehari-hari.
Penderitaan yang dialami Dedek terjadi setelah kembali dari merantau di Kepulauan Riau pada tahun 2019. Dedek tidak dapat hidup normal berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya”, jelas Sri.
Lebih lanjut Sri mengatakan kondisi Dedek sudah berangsur pulih setelah dilakukan perawatan.
“Alhamdullilah setelah dilakukan perawatan selama 1,5 bulan dan dengan tekad serta kemauan yang kuat untuk sembuh, Dedek sudah mengalami banyak perubahan dan kondisinya sudah berangsur pulih”, tutup dr. Sri Mardiani.
Disisi lain, Paikem (39) tahun yang juga kakak Ipar Pasien mengucapkan, terima kasih atas bantuan dari Tim Puskesmas Bandar Masilam.
“Alhamdulillah dan terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada tim Pusekemas Bandar Masilam yang sudah cepat tanggap dan sabar dalam melakukan perawatan kepada Adek Kami Dedek, semoga ALLAH SWT yang berikan balasan atas kebaikan semua tim yang membantu kesembuhan Adek kami”, ucap Paikem sembari bahagia atas kesembuhan yang dialami adeknya.
Kepada awak media dr. Bernard F. Tindaon menyampaikan program kesehatan jiwa sudah diatur dalam undang-undang sejak tahun 2014 dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama – sama melakukan pemantauan monitoring Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) disekitaran wilayahnya.
“Kami menghimbau kepada seluruh masyarakat bila menemukan kasus Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) di sekitaran wilayahnya, segera melakukan pelaporan kepada Rumah Sakit, Puskesmas terdekat. Agar segera dapat dilakukan home visit dalam penanganannya”, ucap Bernard Tindaon.
Menurut dr. Bernard Tindaon pencegahan dan penanganan lebih dini sangat mempengaruhi percepatan kesembuhan pasien dan mewujudkan masyarakat untuk menerapkan perilaku CERIA yaitu Cerdas intelektual, emosional dan spiritual, Empati dalam berkomunikasi efektif, Rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan, Interaksi yang bermanfaat bagi kehidupan, Asah asih dan asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat.
Melalui gerakan ini diharapkan masyarakat Indonesia memiliki jiwa jiwa secara fisik, mental, sosial, dan spiritual.
“Tentu tujuan kita adalah Indonesia sehat jiwa,” tutup dr. Bernard Tindaon 10/08/2022, sekira pukul 10:00 Wib.
(Tim-Red)