Kabarsimalungun.com || MEDAN – Majelis Pimpinan Darul Maslaha menyelenggarakan safari pengenalan harokah Wasathiyah Islam sebagai model moderasi beragama ke beberapa tempat di Kota Medan. Dikemas dalam bentuk kegiatan Taklim Keumatan dan Mujadalah Umat Safari diselenggarakan dengan menghadirkan ustadz-ustadz kondang di Kota Medan sebagai pemateri dan tokoh masyarakat serta kaum milenial sebagai peserta dan dilaksanakan pada Selasa (18/4) di Masjid Al Hidayah Jl. Pahlawan Gang Anom Kelurahan Pahlawan Kecamatan Medan Pahlawan.
Di Masjid Al Hidayah Jl. Pahlawan Gang Anom Kelurahan Pahlawan Kecamatan Medan Perjuangan ini menghadirkan penceramah Ketua Dewan Tanfidzi Forum Umat Islam Sumatera Utara Ustadz Drs Indra Suheri MA .
Ketua Majelis Pimpinan Darul Maslaha Baun Soripada Siregar, selaku inisiator kegiatan menyebutkan bahwa safari pengenalan moderasi beragama tersebut
diselenggarakan untuk mengenalkan dan mempopulerkan harokah Wasathiyah Islam sebagai
dasar bagi Umat Islam di Kota Medan dalam bermoderasi.
“Sekaligus membantah pandangan
miring yang menuding bahwa moderasi beragama adalah praktek yang melemahkan umat islam,
menjauhkan Umat Islam dari Ajaran Islam dan bahwa moderasi beragama melunturkan aqidah
Umat Islam. Pandangan miring yang menuding bahwa moderasi beragama adalah hal yang baru
dan tak terdapat dalam Ajaran Islam,” ujar Baun Soripada Siregar.
Menurut Baun Siregar, faktanya Wasathiyah Islam sebagai harokah dalam bermoderasi sudah diajarkan
oleh Rasululullah SAW yang antara lain ditunjukkan dengan Piagam Madinah yang pada intinya
menghargai eksistensi dan keberadaan umat bergama lain di luar Islam. Begitu pula praktek
kehidupan yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam berinteraksi dengan umat beragama lain
dengan penuh rasa hormat dan saling menghargai satu terhadap lainnya.
Menurut Baun Siregar, kegiatan safari lebih difokuskan kepada kaum milenial dengan harapan pengenalan Wasathiyah
Islam sejak dini akan menanamkan kemampuan meyakini, memahami dan menjalankan Ajaran
Islam secara seimbang, adil dan tegak lurus. Tidak berlebihan hingga melampaui batas, tidak pula
mengurang-ngurangi untuk memudahkan. Sejak remaja mengasah kemampuan bertoleransi dan
menjauhkan sikap saling membenci, radikal dan intoleran.
Baun Soripada Siregar mengajak seluruh peserta Taklim Keumatan untuk bersama-sama
mengamati perkembangan praktek moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat.
” 4 indikator yang selaras dan saling berkaitan adalah komitmen kebangsaan, toleransi, anti
kekerasan dan penghargaan terhadap budaya lokal,” terang Baun.
Baun Soripada Siregar juga mengajak seluruh peserta taklim dan mujadalah untuk bersama-sama
ikut berperan serta dalam memperkenalkan dan mempopulerkan harokah Wasathiyah Islam
sebagai model moderasi beragama. Didahului dengan langkah awal memperkuat aqidah dan memperluas rasa toleransi.
Sementara itu, Ustadz Drs Indra Suheri MA mengatakan, pemahaman dan praktik amaliyah keagamaan Islam Wasathiyah memiliki 10
ciri-ciri sebagai berikut; Tawassuth (mengambil jalan tengah), yaitu pemahaman
dan pengamalan yang tidak ifrath (berlebih-lebihan dalam beragama) dan tafrith
(mengurangi ajaran agama);Tawazun (berkeseimbangan), yaitu pemahaman dan
pengamalan agama secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan, baik
duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan
antara inhiraf (penyimpangan) dan ikhtilaf (perbedaan). I’tidal (lurus dan tegas),
yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban secara proporsional.
Selanjutnya, tambah Ustadz Indra Suheri, ada Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan
menghormati perbedaan, baik dalam aspek keagamaan dan berbagai aspek
kehidupan lainnya. Musawah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif pada
yang lain disebabkan perbedaan keyakinan, tradisi dan asal usul seseorang.
“Prinsip syura (musyawarah), yaitu setiap persoalan diselesaikan dengan
jalan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip menempatkan
kemaslahatan di atas segalanya.Ishlah (reformasi), yaitu mengutamakan prinsip
reformatif untuk mencapai keadaan lebih baik yang mengakomodasi perubahan dan
kemajuan zaman dengan berpijak pada kemaslahatan umum (mashlahah ‘amah)
dengan tetap berpegang pada prinsip al-muhafazhah ‘ala al-qadimi al-shalih wa al-
akhdzu bi al-jadidi al-ashla,” terang Ustadz Indra Suheri.
Selain itu, tambah Ustadz Indra Suheri, Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitu
kemampuan mengidentifikasi hal ihwal yang lebih penting harus diutamakan untuk
diimplementasikan dibandingkan dengan yang kepentingannya lebih
rendah; Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif), yaitu selalu terbuka untuk
melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta
menciptakan hal baru untuk kemaslahamatan dan kemajuan umat manusia.
Dan Tahadhdhur (berkeadaban), yaitu menjunjung tinggi akhlakul karimah,
karakter, identitas, dan integritas sebagai khairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban.
kegiatan Taklim Keumatan dan Mujadalah Umat Safari diselenggarakan dalam rangka penguatan moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia pada umumnya dan di Kota Medan pada khususnya
Dimulai dengan kegiatan taklim keumatan pada hari Minggu (16/4) dengan
mengambil tempat di rumah salah seorang warga di kawasan Kelurahan Sei Kera Hulu,
Kecamatan Medan Perjuangan. Mengambil thema Wasathiyah Islam : Harokah Moderasi
Beragama Dalam Memperkuat NKRI yang Berdasarkan Pancasila, Kebhinekaan, Nasionalisme dan
UUD 45. Menghadirkan Ustadz Drs. Indra Suheri, MA, Ketua Dewan tanfidzi FUISU sebagai
pemateri, taklim keumatan diikuti oleh kurang lebih 80 orang peserta.
Kegiatan yang sama dilanjutkan Senin (17/4) di Kecamatan Medan Helvetia bekerja sama dengan Himpunan Muda-Mudi Islam Akbar (HIMMIA), Majelis Pimpinan Darul Maslaha menyelenggarakan Mujadalah Umat dengan tema Wasathiyah Islam: Harokah
Moderasi Beragama Menuju Islam Rahmatan Lil Alamin di Masjid Al Ikhlas, Jl. Bakti Luhur No.
113, Kel. Dwikora, Kec. Medan Helvetia. Mujadalah yang dihadiri oleh kurang lebih 60 orang
peserta tersebut menampilkan Ustadz Abdul Latif Khan, SAg. sebagai pemateri.
Berikutnya, pada Selasa (18/4) safari kembali menyasar Kec. Medan Perjuangan bekerjasama dengan BKM Masjid Al Hidayah. (Rizky Zulianda)